EXPRESSINDONEWS-- Irjen Pol Purn Dr Ronny F Sompie SH MH, menjadi narasumber dalam acara Zoominar dengan tema “Keamanan dan Keselamatan di Objek Wisata Pantai” yang digelar Institut Coelacanth Manado, Selasa (01/08/2023).
Pada seminar online itu, mantan Kapolda Bali membagikan pengetahuan tentang hukum kepariwisataan.
Zoominar Keamanan dan Keselamatan di Objek Wisata Pantai, Selasa (01/08/2023).
Ronny Sompie menjelaskan bahwa destinasi wisata termasuk wisata pantai sangat membutuhkan sistem keamanan dan keselamatan yang memadai dan profesional.
“Sesuai dengan perundangan tiap destinasi wisata yang umum dan tercatat dalam administrasi negara harus memiliki sistem keamanan yang komprehensif. “Dan tak kalah pentingnya destinasi wisata juga berkewajiban memenuhi hak setiap pengunjungnya,” ujar Sompie yang diketahui bakal maju sebagai Calon Legislatif DPR-RI Dapil Sulut dari Partai Golkar.
Lanjut Sompie, destinasi wisata sangat membutuhkan sistem keamanan dan keselamatan yang memadai dan profesional.
Sesuai perundangan yakni UU No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, tiap destinasi wisata yang umum dan tercatat dalam administrasi negara, harus memiliki sistem keamanan yang komprehensif. Selain itu destinasi wisata juga berkewajiban memenuhi hak setiap pengunjungnya.
“Pasal 20 UU No.10 Tahun 2009 itu, dimana setiap wisatawan berhak memperoleh, informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata, pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar, perlindungan hukum dan keamanan, pelayanan kesehatan, perlindungan hak pribadi dan perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang berisiko tinggi,” terang putra Tonsea Minut ini.
Selain itu, hal penting juga kata Sompie, pada pasal 23, pemerintah daerah berkewajiban menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum serta keamanan dan keselamatan kepada wisatawan.
Pada zoominar itu, Ronny Sompie memberikan kesimpulan, bahwa keamanan dan keselamatan di objek wisata pantai menjadi tanggung jawab bersama. Dan perlu kepedulian bersama untuk menyediakan informasi tentang keamanan dan keselamatan disetiap objek wisata pantai, agar terhindar dari kecelakaan dan korban jiwa.
Selain itu, pemerintah perlu berinisiatif dan bersikap proaktif untuk menyediakan informasi berkaitan dengan keamanan dan keselamatan disetiap objek wisata pantai bagi kepentingan masyarakat.
Pada zoominar yang berlangsung sekitar 2 jam lebih itu, dihadiri puluhan peserta terdiri dari pelaku usaha wisata pantai, pengamat kepariwisataan, aktivis lingkungan dan laut, dan masyarakat umum.
Semoga Pemprov dan Pemda Kab / Kota se Sulut juga para Legislator di DPRD Provinsi Sulut juga di DPRD Kab dan Kota se Sulut bisa mendapatkan masukan dari hasil diskusi melalui Zoominar kali ini.
Selanjutnya, upaya yang dilakukan secara bottom up ini tentu akan kurang berhasil kalau secara top down, Pemerintah maupun para Legislator kurang menanggapi dengan tangan terbuka dan menetapkan kebijakan yang memperhatikan keamanan dan keselamatan di obyek wisata pantai ke depan.
Masih ada kesempatan untuk menetapkan Rencana Program dan Anggaran di tahun 2024 dalam rangka memberikan perhatian terhadap upaya meningkatkan pembangunan pariwisata di Sulut yang tengah dipacu oleh Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/ Kota.
Salah satu penyebab utama kecelakaan dan korban jiwa saat mandi di objek wisata pantai karena terseret arus rip current. Arus ini bisa membawa korban hingga ke tengah laut.
Sementara, Pakar Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Prof Ir Kawilarang Masengi, MSc, PhD, yang juga sebagai narasumber dalam Zoominar mengatakan, penyebab terjadinya korban meninggal dunia di objek wisata pantai saat berenang, adalah si korban berada di seputaran arus Rip Current kemudian terseret ke laut.
Penyebab lainnya adalah korban terkena biota laut beracun.
“Rip Current adalah arus balik yang terkonsentrasi pada sebuah jalur sempit yang memecah zona empasan gelombang hingga melewati batas zona gelombang pecah,” urai Kawilarang Masengi.
Bukan itu saja, menurut dia penyebab lain Rip Current terjadi akibat adanya pertemuan dua arus kuat didarat yang kemudian pecah mengarah dari darat ke laut.
“Bahaya lain bagi wisatawan bila berenang dipantai adalah terkena biota laut beracun,” ungkap Masengi, yang juga merupakan Dosen terbang Ilmu Kelautan dan Perikanan di beberapa Univesitas di Jepang.
Ditambahkanya, Jenis biota laut beracun di laut daratan antara lain, bulu babi, ubur-ubur, karang tajam, dan ikan buntal.
Karena itu menurut Prof Masengi, setiap tempat wisata pantai perlu dibekali informasi keamanan dan keselamatan mengenai hal-hal yang perlu dihindari dan diketahui oleh masyarakat pengunjung pantai.
“Informasi soal keamanan dan keselamatan itu harus mendapat perhatian serius oleh pelaku usaha wisata pantai, agar pengunjung bisa membaca informasi itu sebelum berenang,” tekan dia.
Kemudian, Masengi mengurai mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya arus, yakni adanya radiasi matahari berkaitan dengan angin dan perbedaan densitas (faktor utama), adanya rotasi bumi, adanya sifat-sifat air itu sendiri (viskositas air), adanya grafitasi bumi (arus pasang surut), faktor keadaan dasar (peredaman dan pembelokkan), dan adanya distribusi pantai.
“Faktor lainnya yakni adanya radiasi matahari berkaitan dengan angin dan perbedaan densitas (faktor utama), adanya rotasi bumi, adanya sifat-sifat air itu sendiri (viskositas air), adanya grafitasi bumi (arus pasang surut), faktor keadaan dasar (peredaman dan pembelokkan), dan adanya distribusi pantai,” tandasnya.