EXPRESSINDONEWS — Sejumlah warga di Manado dan sekitarnya tengah menyoroti ketidakmampuan PDAM Wanua Wenangbdalam menyediakan air bersih—sebuah kebutuhan dasar yang dinilai sudah terlalu lama tertunda. Walau klaim durasi “81 tahun” belum terverifikasi, banyak warga yang menyebut bahwa mereka selama puluhan tahun hanya mengandalkan air hujan atau sumber air alternatif yang tak layak.
Di tengah kondisi itu, kabar terkini menyebut seorang figur publik, YouTuber Windah Basudara, tampil membantu suplai air bersih di wilayah terpencil yang sulit dijangkau. Aksi ini mendapat apresiasi luas dari masyarakat, sekaligus menimbulkan kritik tajam terhadap PDAM.
Netizen seperti Akbar Hafsyah menulis, “Bayangin permasalahan 81 tahun bisa diselesaikan dalam hitungan hari, betapa tidak bergunanya pemerintah di sana.” Sementara Armando Vitosyah mempertanyakan fungsi pemerintah: “Pemerintah mana punya urat malu toh, dibantu pun gak ngasilin duit buat mereka jadi buat apa dibantu.”
Respon warganet ini mencerminkan kekecewaan publik terhadap lambannya respons pemerintah terhadap persoalan mendesak. Sebaliknya, tindakan individual seperti yang dilakukan seorang YouTuber justru dianggap lebih sigap dan mampu “mengambil alih” fungsi pelayanan publik yang mengalami kekosongan.
Sementara itu, pihak Pemerintah Kota Manado melalui PDAM Wanua Wenang dan Pemkot menyatakan komitmen untuk memperbaiki layanan. Proyek Instalasi Pengolahan Air (IPA), pembangunan reservoir baru, layanan penyambungan gratis, serta peningkatan cakupan distribusi air bersih sedang digalakkan. Meski demikian, warga di wilayah terpencil atau marjinal mengaku belum sepenuhnya merasakan manfaat nyata dari program tersebut.
Pernyataan LSM INAKOR Sulut, Rolly Wenas
“Fenomena ketika seorang YouTuber mampu hadir lebih cepat dan efektif dibanding pemerintah dalam persoalan mendasar seperti air bersih, sesungguhnya adalah alarm keras bagi tata kelola publik kita. Persoalan ini bukan sekadar soal teknis, tetapi juga menyangkut integritas anggaran dan prioritas pembangunan. Selama ini anggaran air bersih sudah berkali-kali dianggarkan, namun faktanya masyarakat masih kesulitan mendapatkan akses yang layak. Ini membuka ruang pertanyaan: ke mana larinya dana tersebut, dan sejauh mana komitmen pemerintah dalam memastikan akuntabilitas penggunaannya?
Sebagai pegiat anti korupsi, kami menegaskan bahwa kebutuhan dasar seperti air bersih tidak boleh menjadi proyek yang penuh permainan dan bancakan. Jika publik sudah sampai pada titik membandingkan efektivitas pemerintah dengan aksi pribadi seorang figur publik, itu tandanya ada kegagalan serius dalam tata kelola. Kami mendorong aparat penegak hukum, BPK, dan lembaga pengawas lain untuk segera menelusuri apakah ada praktik penyalahgunaan anggaran dalam program penyediaan air bersih di Manado dan Sulawesi Utara. Jangan sampai rakyat terus menjadi korban, sementara proyek hanya menjadi jargon atau lahan basah bagi segelintir pihak.”
Sementara itu, Ketua Fraksi Gerindra DPRD Manado Ferdinand Djeki Dumais mengatakan ini menjadi perhatian khusus pemerintah.
"Saya menyambut baik inisiatif pihak Swasta dan ini bukti nyata managemen demokrasi, masyarakat ikut menjadi Subyek pembangunan di Manado, dan ini juga menjadi perhatian serius buat Pemerintah Kota Manado agar kebijakan dan politik anggaran harus pro rakyat dan menyentuh langsung kebutuhan rakyat, saya yakin pak Walikota dan jajarannya sudah berusaha maksimal, dan ke depan akan lebih baik lagi,"tutup Dumais. (***)
