EXPRESSINDONEWS-- Upaya pengamanan sekelompok anak-anak yang terlibat tawuran di wilayah Paal Dua Lingkungan 1, Lorong Tagaroa, depan Rumah Sakit MMC, pada Selasa malam, berubah menjadi polemik. Polsek Tikala berhasil mengamankan para remaja tersebut dan bahkan menemukan senjata tajam (sajam) yang diduga digunakan dalam aksi tawuran itu. Namun proses penertiban yang semestinya berjalan sesuai prosedur justru diwarnai dugaan tindakan pemukulan oleh oknum Bantuan Polisi (Banpol).
Peristiwa pemukulan itu sontak memicu keberatan dari pihak keluarga anak-anak yang diamankan. Mereka mengaku kecewa karena tindakan represif tersebut bukan dilakukan oleh anggota polisi, melainkan oleh Banpol, yang menurut mereka tidak memiliki kapasitas untuk melakukan tindakan fisik terhadap anak-anak yang diamankan.
“Saya sebagai keluarga berterima kasih kepada Polsek Tikala karena anak kami sudah diamankan dan diselamatkan dari tawuran. Tapi kami sangat kecewa, karena yang melakukan pemukulan itu bukan anggota polisi. Kami bertanya, apakah di dalam kantor Polsek Tikala sudah tidak ada anggota polisi hingga orang lain yang memukul?” ujar salah satu keluarga yang memberikan keterangan kepada media.
Mereka menilai, jika Banpol hanya sebatas membantu pengamanan, hal itu masih dapat dimaklumi. Namun tindakan fisik terhadap anak yang belum tentu bersalah dianggap tidak semestinya terjadi.
“Kapolsek juga harus bertanggung jawab karena membiarkan seseorang yang bukan anggota melakukan pemukulan. Kalau bantu mengamankan wajar, tapi memukul itu sudah di luar batas,” tegas pihak keluarga.
Mereka turut menyebut dua nama Banpol yang diduga terlibat, yakni seorang laki-laki berompi coklat bernama Sandi, serta seorang perempuan berinisial SS alias Sunny (diduga sering mengaku Polwan)yang menurut keluarga kerap mengaku sebagai anggota polisi.
Sementara itu, Kapolsek Tikala, AKP Jemmy Worang, saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, meminta agar media datang langsung ke kantor Polsek Tikala untuk memperoleh penjelasan resmi.
“Nanti kalau mau tanya sebaiknya ke kantor, kalau cuma di-chatting sepertinya tidak pas,” tulis Kapolsek dalam respons singkatnya.
Kasus ini kini menjadi sorotan publik, terutama terkait profesionalisme dan standar operasional pengamanan oleh aparat non-polisi yang berada di lingkungan kepolisian. Pihak keluarga berharap Polsek Tikala mengambil langkah tegas dan memberikan klarifikasi menyeluruh demi menjaga kepercayaan masyarakat. (***)
