EXPRESSINDONEWS-- Agenda reses Anggota DPRD Kota Manado, Sri Nanda Lamadau, Srikandi Partai NasDem dari Fraksi Keadilan Demokrasi, berlangsung dinamis dan sarat keluhan warga. Personel Komisi I DPRD Manado dari Dapil Tuminting–Bunaken dan Bunaken Kepulauan ini menghadapi berbagai persoalan mendesak yang kembali disuarakan masyarakat, mulai dari kelangkaan gas LPG, krisis air bersih di Mahawu (Sospol), hingga kerusakan infrastruktur jalan di Cempaka, Molas.
Keluhan terus mengalir sejak sesi dialog dibuka. Namun, Lamadau tampil tenang dan responsif, mencoba meredam keresahan warga sambil memberikan penjelasan terkait upaya yang telah ia lakukan.
Warga Cempaka Molas mengaku kesal karena perbaikan jalan tak kunjung terealisasi meski sudah berkali-kali disampaikan. Sri Nanda Lamadau menegaskan bahwa dirinya juga telah berulang kali membawa persoalan tersebut ke berbagai rapat resmi di DPRD.
“Sudah saya suarakan di rapat Komisi, Badan Anggaran, hingga ke instansi terkait. Tetapi sampai hari ini belum juga direalisasikan. Saya memahami kekecewaan masyarakat,” ungkapnya.
Isu kelangkaan gas LPG 3 kg juga menjadi sorotan utama. Mendekati perayaan Natal, warga resah karena sulit mendapatkan LPG untuk kebutuhan harian.
Kelangkaan ini, menurut Lamadau, harus segera disikapi pemerintah dan instansi terkait. “Masyarakat berharap ketersediaan LPG lebih mudah, apalagi memasuki hari-hari besar keagamaan,” katanya.
Salah satu keluhan paling menyentuh datang dari masyarakat Mahawu (Sospol) yang sudah 5–6 tahun terakhir tidak lagi menikmati aliran air bersih. Saluran air dari program Kotaku yang dulu berfungsi kini rusak dan tidak pernah diperbaiki.
Akibatnya, warga terpaksa mandi menggunakan air galon. “Bayangkan, di situasi ekonomi sulit, masyarakat harus membeli air Aqua untuk mandi. Ini biaya tambahan yang sangat membebani,” keluh warga.
Sri Nanda menyebut masalah air bersih ini harus menjadi prioritas pemerintah karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dasar masyarakat.
Sepanjang agenda reses, sikap Sri Nanda Lamadau terlihat tenang. Ia berusaha menenangkan dan meyakinkan warga bahwa aspirasi mereka benar-benar diperjuangkan.
Namun, di balik ketenangan itu, Lamadau menyimpan kegelisahan. “Saya bingung sampai kapan saya hanya menjadi penenang sesaat bagi masyarakat. Saya butuh solusi dari pemerintah. Aspirasi warga harus diprioritaskan dan direalisasikan,” tegasnya.
Ia berharap hasil reses ini menjadi tekanan kuat bagi pemerintah untuk mengambil tindakan nyata, bukan sekadar mencatat tanpa tindak lanjut. (Laks)
