EXPRESSINDONEWS-- Drama pemilihan Ketua KONI Manado akhirnya berakhir dengan satu pesan keras. Ya, Richard Sualang terlalu kuat untuk ditumbangkan, bahkan oleh kekuatan yang mencoba turun dari “ketinggian” provinsi.
Dalam pertarungan yang sempat memanas dan penuh manuver, Richard Sualang keluar sebagai pemenang meyakinkan. Hasil ini bukan hanya kemenangan organisatoris, tetapi juga tamparan politik yang menegaskan bahwa kota Manado masih punya kehendak sendiri, tidak bisa diatur lewat bayang-bayang kekuasaan dari atas.
Di sisi lain, Calvin Castro yang digadang-gadang datang dengan “bendera besar” dari provinsi justru terjebak dalam persepsi publik sebagai calon yang belum punya kaki sendiri di Manado. Banyak yang melihat Calvin masih terlalu bergantung pada dorongan eksternal, tanpa rekam jejak yang benar-benar berbicara di dunia olahraga lokal.
Meski ia tampil bersama beberapa figur yang dikenal dekat dengan lingkaran Gubernur, dukungan itu ternyata tidak mampu menggeser kekuatan organik Richard Sualang.
Ini menjadi bukti bahwa nama besar yang dibawa dari luar tidak otomatis mengubah pilihan akar rumput KONI.
Seorang sumber internal KONI dengan nada tajam menyampaikan:
“Nama Gubernur boleh dipakai, boleh disebut-sebut. Tapi pada akhirnya, yang dipilih tetap yang bekerja. Richard jauh lebih siap, jauh lebih nyata.”
“Pemilihan ini ibarat tes lakmus. Siapa pemimpin yang benar-benar punya legitimasi di Manado? Jawabannya jelas: bukan yang datang membawa rombongan dari provinsi.”
Kemenangan Richard Sualang pun dipandang sebagai sinyal kuat untuk peta politik berikutnya. Banyak pihak menilai bahwa kemampuan Richard bertahan dari tekanan dan manuver—yang secara politik cukup terasa—membuktikan bahwa ia bukan hanya siap memimpin organisasi olahraga, tetapi juga layak diperhitungkan di gelanggang politik yang lebih besar, termasuk Pilkada.
Sementara itu, kekalahan Calvin Castro menjadi evaluasi keras bagi semua pihak yang mencoba “meng-import” pengaruh provinsi ke arena kota Manado.
Manado bukan sekadar wilayah administrasi.
Manado punya harga diri politik.
Dan kali ini, harga diri itu bernama Richard Sualang.
“Kekuatan itu bukan soal siapa di belakangmu, tapi siapa yang percaya padamu. Di Manado, kepercayaan itu jatuh ke tangan Richard.” (***)






