Diduga para Mahasiswa yang dijadikan peserta oleh PBSI Sulawesi utara
EXPRESSINDONEWS-- Musyawarah Kota (Muskot) PBSI Kota Manado yang digelar oleh PBSI Provinsi Sulawesi Utara menuai gelombang penolakan dan kritik keras. Agenda tersebut dinilai sebagai Muskot tandingan yang dipaksakan dan sarat kepentingan, dengan dugaan kuat bertujuan menggulingkan kepemimpinan Mahmud Turuis yang telah terpilih secara sah pada Muskot sebelumnya.
Fakta menunjukkan, Muskot PBSI Kota Manado telah dilaksanakan pada Oktober lalu, di mana Mahmud Turuis ditetapkan sebagai Ketua terpilih secara aklamasi. Namun hingga kini, Surat Keputusan (SK) dari PBSI Provinsi Sulawesi Utara tak kunjung diterbitkan, memunculkan tanda tanya besar di kalangan klub dan insan bulu tangkis Manado.
Alih-alih menyelesaikan persoalan administrasi, PBSI Sulut justru menggelar Muskot baru di Hotel Lagoon Manado. Agenda ini dinilai abal-abal, lantaran sejumlah peserta yang dihadirkan bukanlah Pengurus Bulutangkis (PB) yang sah. Informasi yang beredar menyebutkan, sebagian besar PB yang hadir merupakan mahasiswa yang tidak memahami mekanisme organisasi, namun tetap dipaksakan untuk memenuhi kuorum.
Mendapat hadangan di Lagoon, para panitia t Abal-Abal yang di pimpin PBSI Sulawesi utara malah membuat agenda ini di luar kota Manado yakni di Minahasa Utara tepatnya dit hotel Centra. Dan ironisnya, anak-anal Mahasiswa itu disinyalir Juga dibawah kesana dan dijadikan peserta.
"Ini Keterlaluan namanya," Ucap salah satu ketua PB,".
Situasi semakin memprihatinkan ketika pada pelaksanaan Muskot di Hotel Lagoon, Sekretaris PBSI Sulut, Donald Monitja, diduga sengaja mengulur waktu kehadiran PB yang sah. Dalam kondisi tersebut, panitia versi provinsi yang dipimpin Epafras Tuidano langsung membuka sidang Muskot tanpa menunggu kehadiran peserta yang memiliki legitimasi.
Praktik ini dinilai mencederai etika organisasi dan memperlihatkan wajah kekuasaan yang memaksakan kehendak, bukan menjunjung aturan dan konstitusi PBSI. Sejumlah pihak mempertanyakan, apakah langkah ini murni kebijakan organisasi atau justru memiliki nuansa politis, bahkan menyeret dugaan keterlibatan kekuasaan di tingkat lebih tinggi.
Isu lain yang tak kalah sensitif adalah dugaan motif personal di balik Muskot tandingan ini. Informasi yang beredar menyebutkan, salah satu pihak dalam kepanitiaan Muskot versi provinsi diduga menyimpan kekecewaan karena kerabatnya kalah telak dalam Muskot Oktober lalu dan memilih mengundurkan diri dari pencalonan. Kekecewaan tersebut diduga bertransformasi menjadi upaya sistematis untuk membatalkan hasil Muskot yang sah.
Jika dugaan-dugaan ini benar, maka yang dipertaruhkan bukan sekadar kursi ketua, melainkan marwah dan integritas organisasi PBSI itu sendiri. Muskot yang seharusnya menjadi forum demokratis justru berubah menjadi arena konflik kepentingan yang mencederai sportivitas dan nilai pembinaan olahraga.
Hingga berita ini diturunkan, PBSI Provinsi Sulawesi Utara belum memberikan klarifikasi resmi terkait alasan tidak diterbitkannya SK Mahmud Turuis serta dasar hukum pelaksanaan Muskot tandingan tersebut.






